MRI | JAKARTA – Indonesia Selama berminggu-minggu, puluhan warga Desa Ridogalih berbondong-bondong ke sungai kecil untuk mandi dan mencuci pakaian, berjalan kaki atau naik sepeda motor di bawah terik matahari musim panas yang tiada henti.
Sumur air di desa sepi ini, 90 menit berkendara dari tepi timur ibu kota Jakarta telah mengering sejak awal Juni, kedalamannya tandus dan kosong.
Sementara itu, persawahan yang tadinya subur yang dulunya terhampar bagai lautan hijau sudah mulai berubah menjadi tanah gersang dengan batang-batang padi yang sudah layu mencuat dari permukaan tanah.
Musim kemarau membuat warga tidak punya pilihan selain mencari air dari sumber air terdekat: Cihowe, sungai kecil yang membelah tengah desa.
“Bahkan sekarang permukaan air sungai sudah surut,” kata Hanifah, 45 tahun, yang seperti banyak orang Indonesia menggunakan satu nama.